Pada tanggal 24 September 2024, Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta menjadi tuan rumah kegiatan Fasilitasi Komunitas Museum Bantul yang diselenggarakan atas kolaborasi Dinas Kebudayaan ( Kundha Kabudayan ) Kabupaten Bantul dan Forum Komunikasi Museum Bantul (FKMB) dengan tema “ Museum sebagai Fasilitator Penelitian Sejarah dan Kebudayaan Lokal ”. Acara ini dihadiri oleh berbagai museum yang tergabung dalam Forum Komunikasi Museum Bantul (FKMB) serta mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta.
Hadir dalam acara ini Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul, Bapak Yanatun Yunadiana, S.Si., M.Si., Ketua Badan Musyawarah Musea Daerah Istimewa Yogyakarta, Ketua Forum Komunikasi Museum Sleman, dan Ketua Forum Komunikasi Museum Kota Yogyakarta. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul, Yanatun Yunadiana, S.Si., M.Si, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas museum-museum di Bantul dalam menyelenggarakan penelitian, pameran, dan kegiatan edukatif yang lebih berkelanjutan. “Kami berharap melalui kegiatan ini, museum-museum lokal di Bantul bisa menjadi pusat belajar dan penelitian yang lebih aktif, serta berkontribusi dalam mendokumentasikan dan mempromosikan Kebudayaan lokal kita,”

Kegiatan ini dibuka dengan penampilan Tari Sayuk yang dipersembahkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Tari Universitas PGRI Yogyakarta. Tarian yang penuh dengan keindahan ini menggambarkan tentang kehidupan dan kerukunan anak-anak menjelang remaja di masyarakat.
Acara ini menghadirkan dua narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu Bapak Dr. Muhammad Iqbal Birsyada, M.Pd, selaku pengelola Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta, dan Bapak Indra Fibiona dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X.

Dalam kegiatan ini, dua narasumber utama berbagi wawasan dan pengetahuan terkait peran museum dalam pelestarian sejarah dan kebudayaan lokal. Muhammad Iqbal Birsyada, M.Pd, perwakilan dari Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta, membahas tentang peran museum sebagai sumber kajian sejarah dan kebudayaan. Dalam pemaparannya, Dr. Iqbal menjelaskan bagaimana museum dapat menjadi pusat penelitian yang menyediakan akses pada artefak dan sumber sejarah yang autentik, sehingga menjadi tempat yang sangat berharga bagi para peneliti dan pembelajar dalam memahami sejarah lokal. Selain itu, beliau juga menyoroti pentingnya museum dalam proses transfer nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda, dengan menghadirkan berbagai kegiatan edukatif dan kuratorial yang relevan dengan konteks sejarah daerah.
Sementara itu, Indra Fibiona dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, dalam sesinya, memaparkan tentang warisan budaya Bantul sebagai jembatan waktu serta ruang hubung lintas generasi. Indra menegaskan, Bantul memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan museum berperan sebagai sarana penting untuk menghubungkan generasi sekarang dengan warisan leluhur. Menurutnya, museum bukan hanya sebagai tempat penyimpanan artefak, tetapi sebagai media kehidupan yang menghubungkan kita dengan masa lalu, sekaligus memberikan refleksi dan pelajaran untuk masa depan. Beliau juga mengajak para peserta untuk memanfaatkan museum sebagai tempat pembelajaran yang tidak hanya mendokumentasikan sejarah, tetapi juga mendorong masyarakat untuk terus melestarikan kebudayaan lokal.

Acara ini juga menjadi momentum penting bagi mahasiswa untuk lebih mengenal peran museum dalam konteks akademik. Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami pentingnya melestarikan dan meneliti sejarah serta budaya lokal, yang tidak hanya bernilai bagi pengetahuan akademik, tetapi juga bagi identitas nasional. Kegiatan Fasilitasi Komunitas Museum ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun sinergi yang lebih kuat antara museum, pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal dalam upaya pelestarian budaya dan sejarah.